Minggu, 14 Juni 2020

Farmakologi Selama Kehamilan


Keamanan Obat dalam Kehamilan
Pemberian obat pada ibu hamil harus dipikirkan efek obat terhadap ibu hamil dan tidak boleh melupakan pengaruh atau efek samping obat pada janin. Keberadaan obat pada ibu hamil dapat ditinjau dari 3 kompartemen, yaitu kompartemen ibu, kompartemen plasenta, dan kompartemen fetal.
  • Pada ibu hamil tumbuh unit fetoplasental dalam uterus. Hormon plasenta memengaruhi fungsi traktus digestivus dan motilitas usus. Demikian pula filtrasi glomerulus meningkat. Reabsorpsi obat pada usus ibu hamil lebih lama, eliminasi obat lewat ginjal lebih cepat, dan reabsorpsi obat inhalasi pada alveoli paru bertambah.
  • Pada awal trimester 2 dan 3 akan terjadi hidraemia, volume darah meningkat sehingga kadar obat relatif turun. Kadar albumin relatif menurun sehingga pengikat obat bebas berkurang. Maka obat bebas dalam darah ibu meningkat.
  • Pada unit fetoplasental terjadi pula filtrasi obat. Plasenta sebagai unit semi permeabel dapat mengurangi atau mengubah obat pada sawar plasenta. Demikian pula obat yang masuk pada organ vital janin. Hal ini dapat meningkatkan kelainan organ atau pertumbuhan janin intrauterin. Jenis obat, dosis yang tinggi, dan lama paparannya akan berpengaruh terotogenik pada janin, terutama pada trimester 1. Untuk itu perlu dipikirkan mengenai farmakokinetik obat pada ibu hamil dan pengeruhnya terhadap kesejahteraan janin dan efek negatifnya.
Kategori Keamanan Obat dalam Kehamilan Menurut US FDA
United State Food and Drug Administration (US FDA) membuat kategori keamanan penggunaan obat selama kehamilan. Kategori ini terdiri atas 5 yaitu A,B,C,D,X
Kategori
Keterangan
A
Studi kontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin (fetus) pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester selanjutnya), dan kecil kemungkinannya untuk membahayakan janin.
B
Studi terhadap sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko pada janin tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil, atau studi terhadap sistem reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak dilaporkan terjadi pada studi terkontrol terhadap wanita hamil trimester 1 (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester selanjutnya)
C
Studi terhadap binatang pecobaan memperlihatkan adanya efek – efek samping pada janin (teratogenik, atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita dan binatang percobaan. Obat hanya boleh digunakan bila besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya resiko pada janin.
D
Ada bukti positif mengenai resiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari resikonya (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau untuk penyakit yang tidak efektif atau tidak mungkin diatasi dengan obat yang lebih aman)
X
Studi terhadap binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitas terhadap janin atau adanya resiko terhadap janin berdasarkan pengalaman pada manusia ataupun manusia dan binatang percobaan, dan resiko penggunaan obat pada wanita hamil jelas – jelas melebihi manfaat yang mungkin diperoleh. Obat dalam kategori ini dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan untuk hamil.

Teratogenesis
Teratogenesis adalah disgenesis organ janin baik secara struktural maupun fungsi. Teratogenesis bermanifestasi sebagai gangguan pertumbuhan, kematian janin, pertumbuhan karsinogenesis dan malformasi. Beberapa jenis obat yang terbukti kuat menimbulkan efek teratogenik.
No
Nama Obat
Efek Teratogenik

Aminopterin, metohrexate
Malformasi sistem saraf pusat dan anggota gerak

ACEI
Gagal ginjal berkepanjangan pada bayi, penurunan osifikasi tempurung kepala, disgenesis tubulus renalis

Obat – obat antikolinergik
Ileus mekonium neonatus

Obat anti tiroid (PTU dan Metronidazole)
Gondok pada janin dan bayi hipotiroidisme, dan aplasia kutis (metimazol)

Carbamazepine
Defek neural tube

cyclophospamide
Malformasi sistem saraf pusat

Danazole dan obat androgenik lainnya
Maskulinisasi pada janin perempuan

Dietilstilbestrol
Ca vagina dan defek sistem urogenital pada janin

Obat hipoglikemik
Hipoglikemia neonatal

Lithium
Defek kardiovaskular, anomali ebstein

Misoprostol
Moebius sequence (paralisis nervus kranial 6 dan 7)

Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Konstriksi duktus arteriosus, enterokolitis nekrotikans

Parametadion
Defek wajah dan sistem saraf pusat

Phenytoin
Fetal hydantoin syndrome

Obat obat psikoaktif (Barbiturat, opioid dan benzodiazepine)
Gangguan pertumbuhan dan defisit SSP neonatus. Withdrawal syndrome jika obat diminum pada akhir periode kehamilan.

Retinoid sistemik (isotretinoin dan atretinat)
Defek SSP, kardiovaskular, dan kraniofasial

Tetracycline
Anomali pada gigi dan tulang

Talidomid
Fokomelia dan defek organ internal

Trimetadion
Defek pada wajah dan SSP
  
Asam valproat
Defek neural tube

Warfarin
Defek skeletal dan SSP, Dandy -  walker Syndrome

Konseling dan Pemilihan Obat pada Ibu Hamil
  • Konseling dan pemilihan obat pada ibu hamil bertujuan untuk menghindari atau mengurangi abnormalitas janin
  •   Hindari pemberian obat pada periode pertama pasca konsepsi
  • Hindari makanan, minuman, dan zat yang tidak diperlukan oleh janin dalam pertumbuhannya, misalnya merokok, alkohol, obat sedatif, atau jamu – jamu tradisional yang belum teruji.
  • Hindari pemberian obat polifarmaka, terutama bila pemberian dalam waktu yang lama
  • Berikan obat yang telah jelas aman dan mempertimbangkan keperluan pengobatann primernya
  • Pergunakan pedoman keamanan pengguanaan obat dalam kehamilan. (misalnya kategori keamanan obat dalam kehamilan oleh US FDA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar